Herbert Spencer 1820-1903 |
Kemudian selama itu spencer terus menekuni dan mempelajari bidang studinya sendiri sampai ia bisa menerbitkan karya-karya tentang ilmu pengetahuan dan politik.
Pada tahun 1848 spencer ditunjuk sebagai
editor majalah the economist, dan pada saat itulah gagasan-gagasan yang ia
punya mulai matang atau mengental. Pada tahun 1850, ia menyelesaikan karya
utamanya yang berjudul : "social statics". Selama menulis karya ini spencer mulai
mengalami insomnia, kemudian setelah beberapa tahun berselang masalah fisik dan
mentalnya mulai memuncak. Dan ia menderita kerusakan saraf sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1853 spencer menerima warisan
dari pamannya yang memungkinkan dia untuk memutuskan berhenti bekerja dan
memusatkan seluruh kegiatannya pada menulis. Spencer tidak pernah memperoleh
ijazah universitas ataupun menduduki posisi akademis. Ketika hidupnya makin
terisolasi, serta penyakit mental dan fisiknya semakin parah, dan produktivitas
intelektualnya meningkat, akhirnya spencer tidak hanya memperoleh ketenaran di
inggris, namun juga meraih reputasi pada tingkat internasional.
Salah satu ciri yang paling menarik
dari spencer adalah keengganannya dalam membaca karya orang lain yang
hakikatnya menjadi penyebab keruntuhan intelektualnya. Dalam hal ini spencer
mirip dengan august comte, yang mempraktikkan kemurnian intelektual. Terkait
dengan kebutuhan untuk membaca karya orang lain, spencer berkata: “sepanjang
hayat,aku adalah seorang pemikir, bukan pembaca. Spencer sependapat dengan
hobbes, bahwa ‘jika aku membaca sebanyak orang lain baca maka aku hanya tahu
senbanyak yang dibaca orang lain’(wiltshire, 1978:67).
Gagasan dan pandangan yang dimiliki
spencer muncul secara tidak sengaja dan secara intuitif dari pikirannya. Ia
mengatakan bahwa “gagasan-gagasannya muncul sedikit demi sedikit, secara tak
terduga,tanpa niat secara sadar atau upaya yang tak dipahami”(wiltshire,
1978:66). Intuisi semacam itu diyakini spencer jauh lebih efektif daripada
studi dan pemikiran secara saksama. “solusi yang dicapai dengan upaya tersebut
lebih benar daripada dicapai dengan upaya terukur yang menyebabkan pergeseran
pemikiran”(wiltshire, 1978:66).
Spencer menderita karena
keengganannya membaca buku karya orang lain secara serius. Sebaliknya, jika ia
membaca karya orang lain, seringkali dilakukan hanya untuk mencari penegasan terhadap gagasannya sendiri yang
tercipta secara independen. Spencer mengabaikan berbagai gagasan yang tidak
sejalan dengannya. Pengabaian spencer pada aturan keilmuan membawanya ke
serangkaian gagasan yang sarat kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar
tentang evolusi dunia. Oleh karena itu para sosiolog pada abad ke-20 mulai mencampakkan
karya spencer dan menggantikannya dengan ilmuwan yang lebih saksama dengan
penelitian empiris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar