Lawakan tunggal atau komedi tunggal (bahasa Inggris:
Stand-up comedy, harfiah "komedi berdiri"), adalah salah satu genre
profesi melawak yang pelawaknya (kadang disebut komika, bahasa Inggris: comic)
membawakan lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa
langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Orang yang melakukan
kegiatan ini disebut pelawak tunggal (bahasa Inggris: stand-up comedian),
komik, atau komik berdiri (komik tunggal).
Tidak peduli apa
selera komedi Anda, yang jelas hampir semua stand-up komedian memiliki satu kesamaan: yaitu lelucon mereka berdasarkan pengamatan sosial dan
perilaku manusia.
Pengamatan mereka seringkali benar dan aktual, bahkan sesuai konteksnya, sehingga dapat menghentak kesadaran mengenai kondisi sosial saat ini sekaligus juga sanggup menghibur pendengar dengan kesimpulan yang mereka tarik, meskipun kesimpulan tersebut salah atau memang sengaja “dipatahkan” atau berada di luar mainstream logika, karena memang disitulah letak lucunya.
Pengamatan mereka seringkali benar dan aktual, bahkan sesuai konteksnya, sehingga dapat menghentak kesadaran mengenai kondisi sosial saat ini sekaligus juga sanggup menghibur pendengar dengan kesimpulan yang mereka tarik, meskipun kesimpulan tersebut salah atau memang sengaja “dipatahkan” atau berada di luar mainstream logika, karena memang disitulah letak lucunya.
Biasanya, materi Stand Up Comedy berasal dari pengamatan dan
keresahan komedian. Bisa saja amatan terhadap lingkungan sosial, perilaku manusia,
diri sendiri, atau fenomena politik yang sedang terjadi. Semua ini bisa jadi
sumber inspirasi comic untuk membuat materi.
Seperti Raditya Dika yang menceritakan kisah-cinta-sialnya atau kehidupan keluarganya yang kocak, Pandji yang membawa isu sosial, Mongol yang mencap diri sebagai pakar KW (lelaki KW alias lelaki tidak maskulin), dan Ernest Prakasa yang menonjolkan etnisnya dengan selalu berkata, “Gue Ernest dan gue Cina.”
Inti humor adalah pembebasan atau pelepasan dari kekurangan
yang terdapat dari diri seseorang. Teori ini (relief theory : teori pelepasan) menyebutkan
bahwa humor digunakan untuk melepaskan ketegangan atau untuk membuat seseorang
merasa dibebaskan. Berbagai pembatasan dan larangan yang ditentukan oleh aturan
kesopanan keluarga atau masyarakat, menjadikan dorongan batin alamiah dalam
diri seseorang mendapat tekanan. Bilamana kekurangan atau tekanan itu dapat
dilepaskan, maka hal itu dapat meledakkan tawa bagi orang yang mendengarnya.
Seperti Raditya Dika yang menceritakan kisah-cinta-sialnya atau kehidupan keluarganya yang kocak, Pandji yang membawa isu sosial, Mongol yang mencap diri sebagai pakar KW (lelaki KW alias lelaki tidak maskulin), dan Ernest Prakasa yang menonjolkan etnisnya dengan selalu berkata, “Gue Ernest dan gue Cina.”
Humor memberikan dampak positif untuk tubuh, jika kita
perhatikan orang orang yang menyukai humor terlihat lebih segar daripada yang
terlalu serius atau orang orang yang disebut saat ini dengan istilah ‘baper’ (dibawah keperkasaan eh salah
.. dibawa perasaan). Hal ini dikarenakan aktifitas tersebut dapat meningkatkan
jumlah endorphin, yaitu hormon penghilang rasa sakit alami dalam tubuh. Dr Lee
S Berk dari Loma Linda University, California USA, menjelaskan bahwa
tertawamembantu meningkatkan jumlah sel sel pembunuh alami (dikenal dengan nama
sel NK, sejenis sel darah putih) serta meningkatkan antibody yang berperan
besar melawan infeksi, alergi bahkan kanker. Bahkan beberapa rumah sakit telah
menyediakan ruangan komedi (comedy rooms) untuk menghibur pasien.
Komedian juga
membawakan hal-hal yang terkadang sangat hati hati untuk dibicarakan secara terbuka: seperti
perilaku seksual, stereotip rasial
dan etnis, isu gender, agama, bahkan kritik politik.
Karena konteks sosial yang menjadi bahan
komedi, komedian kadang-kadang dapat
membuka amplop mengenai
aturan perilaku sosial, bahkan moral. Dalam
banyak kasus, komedian menggunakan persepsi mereka untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan dan persoalan sosiologis yang lebih besar; inilah
bagian yang menghibur dari suatu
komedi semakin tidak ilmiah persepsi dan jawaban mereka akan semakin lucu dan menghibur.
Peran penting pemapar humor atau dalam hal ini stand up
comedy, adalah mengingat, mengungkap, dan membicarakan masalah masalah sosial
yang terkadang bisa sangat serius dan sindiran bagi sebuah negara dengan cara logika
yang jenaka, tanpa sebuah solusi. Tugas
komedian memang hanya sampai disitu, sebab bila mereka diberi tugas untuk mencari
solusi. Pemerintah hanya bisa menjadi penonton yang tertawa.
“Menurut sebuah riset, tahun 1960-an, Malaysia mengimpor guru dan dosen
dari Indonesia. Tahun 1990-an, Malaysia berubah menjadi pengimpor pembantu dari
Indonesia. Kesimpulannya, Malaysia mengalami penurunan selera, dari level
guru/dosen ke level pembantu.”
Bergson dan Freud melalui Billig,
menyatakan bahwa kekonyolan berada dalam setiap aspek kehidupan sosial sejalan
dengan adat kebiasaan dalam komunitas sosial itu sendiri. Hal ini membuat humor
itu terus berkembang karena humor mengikuti apa yang sedang terjadi dalam
masyarakat, berbagai hal dapat menjadi materi kelucuan seperti ketimpangan
sosial, fenomena aneh, tren terbaru, sindiran politik, dan lain sebagainya.
Laughter and Ridicule
Laughter and Ridicule
Towards a Social Critique of Humour
Michael Billig
Format PDF 983 KB
Cara cara penyampaian fakta sosial dan protes sosial secara komedi yang
sifatnya santai dan menghibur, menjadi jalan alternatif untuk mengurangi angka
kematian dari serangan stroke akibat masalah masalah sosial yang rumit, ekonomi
sulit, hutang yang melilit. Mulai sekarang buanglah kemarahan, ketakutan,
cemas, dan pesimis. Mulailah dengan cara pandang lebih rileks dan tertawa, karena hidup mesti dinikmati dengan lebih positif.
"Riset membuktikan bahwa orang Indonesia jauh lebih hebat ketimbang orang Eropa"
Saat orang Eropa selalu memikirkan bagaimana cara pergi dari bumi ke bulan serta bagaimana untuk dapat hidup di bulan, orang Indonesia sudah memikirkan bagaimana caranya untuk hidup dari bulan ke bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar