Georg Simmel adalah seorang sosiolog dan filsuf Jerman yang
hidup di tahun 1858-1928. Ia merupakan salah satu Faunding Father Sosiologi. Simmel terkenal dengan karyanya tentang masalah-masalah
skala kecil, terutama tindakan dan interaksi individual. Simmel melihat bahwa
salah satu tugas utama sosiologi adalah
memehami interaksi antara individu. Akan
tetapi, sejumlah besar interaksi dalam kehidupan sosial mustahil akan dapat dikaji
tanpa peralatan konseptual tertentu.
Simmel merasa bahwa ia dapat memisahkan sejumlah terbatas bentuk-bentuk
interaksi yang dapat ditemukan dalam sejumlah besar situasi sosial. Jadi dengan berbekal peralatan
konseptual, dia dapat menganalisis dan memahami situasi interaksi yang berbeda.
Karyanya berpengaruh besar terhadap interkasionisme simbolik
yang memusatkan perhatian pada interaksi. Karyanya yang terkenal “Philosphy of Monoy ” membuat karyanya
menarik teoritisi yang berminat terhadap kultur dan masyarakat. Dalam
menganalisi interaksi, menurut Simmel sosiologi peting jika sekelompok yang
beranggota dua orang diubah menjadi tiga orang karena tuntutan pihak ketiga
itu. Kemungkinan-kemungkinan sosial yang muncul dalam kelompok dua orang. hal
ini jelas dalam analisisnya mengenai hubungan antara dua orang (dyad) dan hubungan tiga orang (triad). Hubungan-hubungan ini
memunculkan struktur yang berskala luas.
Karya Simmel tentang “Philosphy
of Monoy ” merupakan pusat perhatiannya pada kemunculan uang dalam masyarakat
modern yang terpisah dari individu dan mendominasi individu. Kajian ini
selanjutnya menjadi bagian yang lebih luas diantaranya karya Simmel tentang
dominasi kultur sebagai suatu keseluruhan terdadap individu. Menurut Simmel,
kultur dalam masyarakat modern dan seluruh komponennya yang beraneka ragam itu
(termasuk ekonomi uang) akan berkembang, dan begitu sudah berkembang maka arti
penting (peran) individu mulai menururn, misalnya, begitu teknologi industri
berkembang maka ketrampilan individual menjadi kurang penting.
2. Karya dan Pemikirannya
a. Konsep Sosiasi
konsep sosiasi merupakan gagasan murni dari Simmel yang
dianggap penting dalam sosiologinya. Sosiasi merupakan pengelompokan sadar dari manusia. Sosiasi meliputi
interaksi timbal balik. Melalui proses ini individu saling berhubungan dan
saling mempengaruhi, yang akhirnya masyarakat itu sendiri muncul. Proses
sosiasi sangatlah bermacam -macam, mulai dari pertemuan sepintas lalu antara
orang-orang asing tempat-tempat umum sampai pada ikatan persahabatan yang lama
dan intim atau hubungan keluarga.
Menurut Simmel bahwa sosiasi sendiri terdapat isi dan bentuk.
Pertama, isi yang meliputi : insting
erotik, kepentingan obyektif, dorongan agama, tujuan membela dan menyerang,
bermain, keuntungan, bantutan atau intruksi, dan tidak terbilang lainnya yang menyebabkan orang untuk hidup
bersama dengan orang lainnya, untuk bertindak terhadap mereka, bersama mereka,
melawan mereka. Kedua, bentuk-bentuk
sosiasi, diantaranya : superordinasi (dominasi) dan subordinasi (ketaatan),
kompentensi, konflik, isolasi, pembagian kerja, pembentukan partai, perwakilan,
solidaritas ke dalam disertai dengan sifat menutup diri terhadap orang luar.
Bentuk-bentuk ini bisa dimanifestasikan dalam negara, komunitas agama, komplotan,
asosiasi ekonomi, sekolah kesenian, keluarga. Sedangkan bentuk lain dari
sosiasi adalah sosiabilitas. Sosiabilita adalah bentuk interaksi yang terpisah
dari isinya dan bersifat sementara (seperti, silaturrahmi).
Selanjutnya perhatian Simmel
yakni mengenai proses-proses sosial yang lebih kompleks; contohnya diferensiasi
sosial, perubahan dari basis organisasi sosial, perubahan dari basis organisasi
sosial yang bersifat lokal ke yang fungsional, perubahan dari kriteria
eksternal atau mekanik sebagai dasar untuk suatu organisasi sosial ke kriteria
yang lebih rasional, dan memisahkan bentk dari isi, dan munculnya bentuk
sebagai sesuatu yang bersifat otonom.
b. Superordinasi dan Subordinasi
Subordinasi sebagai suatu
keadaan yang menekan, menyangkal atau mengediakan kebebasan subordinat.
Perilaku superordinat, menurut Simmel bukan merupakan manifestasi dari
karakteristik pribadi atau kemauan individu; perilaku itu mencerminkan
tenggelamnya sebagian kepribadian pada pengaruh bentuk sosial. Simmel
membedakan subordinasi dalam tiga jenis. Pertama,
subordinasi di bawah seorang individu. Dalam konteks ini subordinat dapat
dipersatukan dan dapat pula menjadi oposisi, sangat tergantung pada kondisi. Kedua, subordinasi dibawah pluralitas
individu. Kondisi ini memungkinkan subordinat mendapat perlakuan yang obyektif,
adil dari superordinat. Hal ini pada masyarakat demoktratis. Ketiga, Subordinasi dibawah suatu prinsip
ideal (umum): peraturan hati nurani. Hubungan antara subordinat diatur oleh
prinsip-prinsip obyektif atau hukum-hukum dimana kedua belah pihak itu
diharapkan untuk taat. Contoh pemimpin agama atau moral.
Secara umum, menurut Simmel bahwa
terganggunya hubungan antara superordinat dan subordinat akan menyebabkan
konflik. Konflik menurut Simmel dapat mempersatukan kelompok minoritas untuk
melawan kelompok yang mayoritas dengan membentuk aliansi. Untuk mengakhiri
konflik dapat melalui kompromi atau perdamian.
Beberapa bentuk konflik dapat berupa konflik hukum, konflik kelompok,
konflik antar pribadi, dan lainnya.
c. Bentuk – bentuk Sosial
Perhatian Simmel yang berhubungan dengan bentuk-bentuk sosial
adalah analisanya mengenai pentingnya jumlah terhadap hubungan sosial dan
organisasi sosial. Proposisi yang mendasari analisa Simmel adalah bahwa begitu
jumlah orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi
mereka pun berubah dengan teratur dan dapat diramalkan.
Analisa Simmel yang terkenal mengenai bentuk sosial, yakni
analisanya mengenai bentuk duaan (dyad) dan bentuk tigaan (triad). Beberapa
penjelasan tentang bentuk sosial tersebut :
1) Bentuk Duaan dan Tigaan
Keunikan bentuk duaan bahwa semua orang percaya rahasia dapat terjaga
oleh satu orang dan pemenuhan kebutuhan dapat lebih intim dan unik secara
emosional.
2)
Bentuk Tigaan merupakan satu satuan sosial yang paling kecil,
dimana masing-masing pihak dikonfrontasikan oleh suatu plularitas, dan dengan
demikan harus menghitungkan tidak hanya kepribadian satu orang saja, tetapi
juga dua orang yang lainnya. Ini berarti bahwa tidak mungkin bagi setiap orang
untuk mencapai keakraban yang mungkin dalam suatu kelompok duaan; setiap orang
yang akan merasa terpaksa untuk memperhatikan persamaan yang terdapat pada dua
orang lainnya. Hadirnya pihak ketiga dalam hubungan duaan menjadikan suasana menjadi
berubah; konflik, dukung-mendukung, penengah (obyektif tanpa memutuskan),
persaingan (seperti Bapak-Ibu-Anak), Tertius
Gaudens (pihak ketiga yang menyenangkan ; Dua pemuda satu gadis ) dan orang
yang memecah bela dan menaklukan (devider
and conqueror), Tertius Gaudens
yaitu pihak ketiga yang mencari keuntungan dari persaingan dan konflik, contoh
dua pemuda-sati gadis), sedangan Devider
and conqueror, yaitu pihak ketiga yang sengaja membenturkan dengn harapan
untuk memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak.
d.
Kreativitas Individu dan
Budayara Mapan
Dalam The Conflict in
modern Culture, Simmel menjelaskan mengembangkan ide ini dengan menganalisa
sejumlah bentuk mengenai ketegangan antara bentuk-bentuk budaya mapan dan
dorongan Kreatif subyektif. Dalam seni, misalnya dalam seni, agama,
perkawinana. Dalam analisa tersebut Simmel menjelaskan bahwa perkembangan
kemampuan kreatif individu menurut untuk menginternalisasi produk budaya
obyektif dan logika serta dinamika inheren dalam bentuk-bentuk budaya obyektif.
e.
Uang, Evolusi Sosial dan Gaya
Hidup Masyarakat
Dengan kuantintasnya yang “menjadi alat tukar umum” uang
muncul sebagai sebuah “alat universal” yang ditujukan untuk semua pemakaian.
Uang membuka berbagai kemungkinan tindakan baru, dan memungkinkan masing-masing
orang merealisasikan tujuan akhir yang khas, yang disebut Simmel sebagai
rangkaian teologis. Hal ini memberi suatu kreativitas sekaligus ketidakpastian
yang lebih besar kepada masyarakat.
Penggunaan uang memunculkan kecenderungan psikologis yang
memiliki karakteristik seperti : ketamakan (jika hanya keinginan akan uang saja
yang dominan); kekikiran, kesukaan berfoya-foya
(jika kesenangan bukan terletak pada obyeknya melainkan dalam pemborosan
itu sendiri); kemiskinan atau kekurangan (jika berarti adanya usaha mencari
keselamatan jiwa dengan menolak uang). Sekalipun demikian kedua kecenderungan
yang paling terkait dengan konteks mentropolitan modern ini merupakan kecenderungan
kasar yang secara sukarela menempatkan nilai pada niatnya dan apatis ( yang
tidak lagi sadar akan perbedaan nilai ); uang
yang menjadikan segala benda bisa diperbandingkan akan memperkuat efek
pemerataan nilai. Terakhir, uang ikut berpartisipasi dalam pembentukan gaya hidup
masyarakat yang oleh Simmel diberikan ciri melalui tiga buah konsep yaitu
jarak, ritme dan simetri.
Sangat membantu. Baca translate nya ga faham faham 😭
BalasHapus