Karl Marx :    
 Struktur Ekonomi, Pertentangan Kelas dan
Perubahan Sosial
 
1.      Riwayat Hidup
             Karl
Marx lahir di Trier, Prusia 5 Mei 1818. Marx 
adalah seorang fisafat, ayahnya seorang pengacara yang juga pendeta
yahudi. Pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Hegel-meskipun akhirnya Marx juga
sangat mengkritik Hegel. Pada tahun 1845, Marx pernah di usir dari tanah
kelahiranya Prusai karena dianggap radikal. Lalu ia pindah ke  Brusal dan bergabung dengan Engels dalam Liga
Komunis. Karyanya berupa “manifesto komunis” merupakan bukti kebersamaan Marx
dan Engels. karyanya tersebut berisi tentang slogan-slogan politik, misalnya
kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!!!
             Tahun
1849 ia pindah ke London dengan menarik diri dari aktivitas revolusioner dan
beralih ke kegiatan riset yang lebih rinci tentang  perang 
sistem  kapitalis. Studi ini
akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Das
kapital yang di terbitkan tahun 1868. Tahun 1864 ia terlibat kembali dalam
gerakan politik buruh internasional dan menonjol dalam gerakan tersebut. Ia
meninggal pada tahun 1883 seteleh menderita penyakit uang di deritanya.
2.      Karya dan Pemikiranya 
a.     
 Filsafat Materialisme
         Menurut Marx  bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kedudukan materinya, bukan pada
idea. Pendapat Marx ini bertolak belakang dengan pendapat hegel. Penekanan Marx
pada sektor materi menyebabkan pemikiranya sejalan dengan pemikiran kelompok
ekonomi (seperti Adam Smith dan David Ricardo).
                     Tekanan materialisme Marx
awalnya sebagai reaksi terhadap interpretasi idealistik Hegel mengenai sejarah.
Filsafat sejarah ini menganggap  bahwa
suatu peranan yang paling menentukan adalah yang berasal dari evolusi idi-ide.
Marx menolak filsafat sejarah Hegel ini karena menghubungkannya dengan evolusi
ide-ide sebagai suatu peranan utama yang berdiri sendiri dalam perubahan
sejerah lepas dari hambatan-hambatan dan 
keterbatasan-keterbatasan situasi material atau hubungan-hubungan sosial
yang di buat orang dalam menyesuikan dirinya dengan situasi material.
        Konsepsi materialis
Marx  dijelaskan dalam the german idealogi, disusun bersama
Engels. Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa perubahan dalam bentuk-bentuk
kesadaran, ideologi-ideologi,  atau
asumsi-asumsi filosofis mencerminkan, 
bukan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sosial dan materil manusia.
Kondisi-kondiisi materil bergantung pada sumber-sumber alam yang ada dan
kegiatan manusia yang produktif. Manusia berbeda dari binatang dalam kemampuannya
untuk menghasilkan kondisi-kondisi materil untuk kehidupannya.
        Marx  menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide
yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dan
bingkai superstruktur masyarakat. Ideologi ini dikondisikan oleh bingkai atau
batas ekonomi dan menjadi refleksi atas bingkai itu. Dengan  demikian kaum borjuis yang semakin menanjak
telah menentukan pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan
dihadapan hukum. Mereka ini cenderung memindahkan apa yang menjadi ekspresi
kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai universal.
        Selanjutnya,  Marx 
menganalisis mengenai kesadaran palsu yang sudah terbentuk dalam masyarakat
sejak awal. Marx menempatkan agama sebagai suatu ideologi yang menyebabkan
kesadaran  palsu-struktur ekonomi dalam
masyarakat  feodal pra-industri,
pembagian kerja antara tuan tanah, penggarap dan petani dilihat sebagai suatu
takdir merupakan sesuatu yang tak dapat dirubah, oleh Marx merupakan sesuatu
yang menyesatkan.   Untuk  itu, 
Marx  meganggap agama sebagai “ candu bagi masyarakat ”.  Marx 
juga mengambil kesimpulan yang sama, pada kebijakan-kebijakan negara
yang berusaha menghindari konflik antara kelas tidak lain tidak hanya memberi
kesempatan pada kelompok tertentu untuk tetap mengusai kegiatan perekonomian
suatu negara.
b.     
Cara-cara   produksi  
dan  hubungan-hubungan   produksi
        Tekanan
yang dikemukakan Marx  bahwa struktur
ekonomi masyarakat   (yaitu alat-alat
produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi)  merupakan dasar dari sebuah sistem  sosial budaya, baik politik, pendidikan, agama,
keluarga, kebudayaan dan semua instusi lainya.
        Hubungan-hubungan
sosial di antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi mengakibatkan
kontradiksi antara pihak-pihak yang terlibat, sehingga berakibat pada
hancurnya  hubungan sosial dan hancur
hubungan sosial tersebut akan menggerakan perubahan sosial tahap demi tahap.
        Dalam
hal ini Marx  memberikam gambaran
mengenai hubungan antara buruh dengan majikan yang selalu berakibat pada
penderita bagi buruh (memperoleh posisi 
buruh). Pemilik modal dengan kekuatan manajemenya selalu dapat mengatur
kembali posisi buruh dalam hal ini dianggap sebagai alat produksi atau suku
cadang peralatan  produksi, dan buruh
tidak pernah dilihat sebagai personal. Pemerintah yang semula yang diharapkan
sebagai penengah tidak mampu memberikan kekuatan,  namun justru memihak pada “legal   sistem”   
sehingga buruh tidak pernah mendapatkan posisi tawar yang menguntungkan
bagi nasibnya.
        Hubungan-hubungan
sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya   (makanan, 
tempat   tinggal,  pakaian,  
dan seterusnya),  menimbulkan
pembagian  kerja sebagai akibat adanya
kepemilikan akan penguasaan yang berbeda-beda atas sumber-sumber pokok dan
berbagai alat produksi.  Pemilikan dan
penguasaan yang berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi untuk
munculnya kelas-kelas sosial, sebab sumber-sumber materi yang dibutuhkan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia bersifat langka, 
hubungan-hubungan antara kelas-kelas yang berbeda itu menjadi kompetitif
dan antogonis.   Untuk itu,  menurut pemikiran Marx bahwa siapa yang
menguasai ekonomi akan berhasil menguasai aspek lainya.
        Selanjutnya  menurut 
Marx    masyarakat  akan berkembang berawal dari  bentuk masyarakat primitif dan berakhir
ketika mencapai kematangan peradaban yang berada pada posisi   “scientific
comunism”   (masyarakat modern tanpa
kelas).  Marx  menggambarkan masyarakat tanpa kelas sebagai
masyarakat yang memiliki cara hidup  yang
sederhana,   cara hidup ideal,  kepemilikan bersama,  tanpa memiliki nafsu bersaing antar  sesama. Selain itu gambaran  lain mengenai masyarakat  tanpa kelas tersebut diantaranya berfikir
rasional dengan logika ilmiah.
c.      
Teori  Nilai 
Surplus
        Marx  merumuskan teori nilai surplus.  Dalam teori 
ini ia menegaskan bahwa keuntungan kapitalis menjadi basis eksploitasi
tenaga kerja. Kapitalis melakukan muslihat sederhana dengan membayar upah
tenaga kerja kurang dari selayaknya mereka 
terima,  karena mereka menerima
upah kurang nilai barang yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu periode
bekerja.   Nilai  surplus 
ini,   yang  disimpan 
dan di investasikan kembali oleh kapitalis, merupakan basis dari seluruh
sistem kapitalis.  Sistem  kapitalis tumbuh melalui tingkatan
eksploitasi terhadap  tenaga kerja yang
terus- menerus meningkat  (dan karena itu
jumlah nillai surplus pun meningkat)  dan
dengan menginvestasikan keuntungan untuk mengembangkan sistem.
           Selanjutnya, menurut
Marx bahwa kapitalisme pada dasarnya adalah 
sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan
proses produksi,  produk yang diproses
dan orang lain; dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri. Inilah
makna mendasar dari  konsep
alienasi.   
d.      Perjuangan   Kelas   dan  
Konflik
Bagi Marx,  bahwa adanya kelas sosial semata-mata
didasarkan  pada  hubungan seseorang dengan alat produksi (means 
of  production)-peralatan,   pabrik, lahan,  modal yang digunakan untuk memproduksi kekayaan.   Lebih lanjut Marx percaya bahwa akar
penderitaan manusia terletak pada konflik kelas, eksploitasi kaum pekerja oleh
mereka yang memiliki alat produksi. 
Untuk itu dalam pandangan Marx, perubahan sosial, dalam bentuk penggulingan
kaum kapitalis oleh kaum pekerja (ploletariat) merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari.  Perjuangan tersebut
oleh Marx lebih dikenal sebagai kesedaran kelas (class  consciousness).
Menurut Marx
bahwa pengaruh ideologi memunculkan  
“kesadaran palsu”.  Kesadaran
palsu dapat berupa kepercayaan bahwa kesejahteraan materil orang masa kini dan
di masa yang akan datang terletak pada dalam dukungan  terhadap status-quo
politik di mana kepentingan meteril seseorang sesuai dengan kepentingan
kelas penguasa atau bahwa kelas penguasa benar-benar akan memperhatikan
kesejahteraan umum. Kesedaran palsu menciptakan ilusi yang mengaburkan
kepentingan yang sebenarnya dari kelompok masyarakat dan mendukung kepentingan
kelas dominan.
Untuk  menganalisis 
kesadaran kelas yang benar dan kesadaran kelas yang palsu,  Marx memberi contoh pada kesadaran kelas kaum
kerja.  Kesadaran palsu kaum pekerja,
yakni pekerja pabrik pada jenjang 
hirarki organisasi yang  paling  bawah 
percaya bahwa kalau mereka bekerja keras 
mereka  akhirnya akan memperoleh
posisi yang tinggi. Padahal kenyataanya peluangnya sangat kecil.
Sementara bagi
pekerja yang memiliki kesadaran kelas yang benar, kaum pekerja meyakani bahwa
kesempatan mereka untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi sangat kecil, untuk
itu mereka membentuk organisasi buruh untuk mendesak upah dan perekrutan
tenaga  secara adil,  kondisi kerja yang lebih baik,  otonomi yang lebih luas.  Hasil akhir yang menjadi sasaran perjuangan
sengit ini ialah suatu masyarakat tanpa kelas, yang bebes dari  eksploitasi. Untuk itu dibutuhkan sebuah misi
yang sama untuk membuang rantai-rantai perbudakan mereka.
Menurut  Marx 
guna membendung perkembangan kapitalisme yang telah mendorong perkembangan
perdagangan,  industri dan pusat-pusat
urban sehingga memunculkan dua kelas dalam masyarakat (borjuis dan
proletar).  Kelas borjuis (bourgeois),  yaitu mereka yang memiliki alat produksi dan
telah mendestabilkan rezim 
(tatanan)  lama dalam memegang
tempat yang dominan. Kelas borguis tersebut mendominasi dan selalu melakukan
eksploitasi terhadap kaum proletar. Hal ini menjadi fokus kritikan Marx
terhadap kapitalisme.
Adapun kalangan
proletar atau rakyat jelata,  yaitu
mereka yang bekerja untuk para pemilik alat produksi, seperti orang miskin dan
terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir
dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama dibengkel kerja dan
firma-firma industri besar dan kaum buruh yang bekerja secara tidak manusiawi-jam.(16
jam/hari), eksploitasi anak, kemelaratan, kecanduan alkohol dan degradasi moral
yang menimpa kaum buruh. Menurut analisis 
Marx, kalangan proletar selalu mengalami ketertindasan akibat lemahnya
posisi tawar terhadap kaum borjuis.

 
makasih. artikelnya sangat bermanfaat.. kalau ada waktu jangan lupa mampir di Tugas dan Materi Kuliah
BalasHapuskarl max "Biografi dan teori Sosiologi"
mau tanya kalau teori 3 tahap karl marx apa yaa?
BalasHapus