Herbert Spencer



Herbert Spencer 1820-1903
Herbert spencer
lahir di derby, inggris pada tahun 1820 dan ia meninggal di brighton pada tanggal 8 desember tahun 1903. Memasuki usianya yang ketiga belas tahun spencer dididik oleh ayahnya sendiri dirumahnya. Semasa kecilnya spencer tidak diajari tentang seni dan humaniora,melainkan dia belajar disekolah tekhnik dan utiliterian. Pada tahun 1837 ia spencer mulai bekerja sebagai insinyur tekhnik sipil untuk perusahaan kereta api di london dan birmingham, ia menggeluti pekerjaan ini sampai pada tahun 1846. 




Kemudian selama itu spencer terus menekuni dan mempelajari bidang studinya sendiri sampai ia bisa menerbitkan karya-karya tentang ilmu pengetahuan dan politik.
Pada tahun 1848 spencer ditunjuk sebagai editor majalah the economist, dan pada saat itulah gagasan-gagasan yang ia punya mulai matang atau mengental. Pada tahun 1850, ia menyelesaikan karya utamanya yang berjudul : "social statics". Selama menulis karya ini spencer mulai mengalami insomnia, kemudian setelah beberapa tahun berselang masalah fisik dan mentalnya mulai memuncak. Dan ia menderita kerusakan saraf sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1853 spencer menerima warisan dari pamannya yang memungkinkan dia untuk memutuskan berhenti bekerja dan memusatkan seluruh kegiatannya pada menulis. Spencer tidak pernah memperoleh ijazah universitas ataupun menduduki posisi akademis. Ketika hidupnya makin terisolasi, serta penyakit mental dan fisiknya semakin parah, dan produktivitas intelektualnya meningkat, akhirnya spencer tidak hanya memperoleh ketenaran di inggris, namun juga meraih reputasi pada tingkat internasional.
Salah satu ciri yang paling menarik dari spencer adalah keengganannya dalam membaca karya orang lain yang hakikatnya menjadi penyebab keruntuhan intelektualnya. Dalam hal ini spencer mirip dengan august comte, yang mempraktikkan kemurnian intelektual. Terkait dengan kebutuhan untuk membaca karya orang lain, spencer berkata: “sepanjang hayat,aku adalah seorang pemikir, bukan pembaca. Spencer sependapat dengan hobbes, bahwa ‘jika aku membaca sebanyak orang lain baca maka aku hanya tahu senbanyak yang dibaca orang lain’(wiltshire, 1978:67).
Gagasan dan pandangan yang dimiliki spencer muncul secara tidak sengaja dan secara intuitif dari pikirannya. Ia mengatakan bahwa “gagasan-gagasannya muncul sedikit demi sedikit, secara tak terduga,tanpa niat secara sadar atau upaya yang tak dipahami”(wiltshire, 1978:66). Intuisi semacam itu diyakini spencer jauh lebih efektif daripada studi dan pemikiran secara saksama. “solusi yang dicapai dengan upaya tersebut lebih benar daripada dicapai dengan upaya terukur yang menyebabkan pergeseran pemikiran”(wiltshire, 1978:66).
Spencer menderita karena keengganannya membaca buku karya orang lain secara serius. Sebaliknya, jika ia membaca karya orang lain, seringkali dilakukan hanya untuk mencari penegasan terhadap gagasannya sendiri yang tercipta secara independen. Spencer mengabaikan berbagai gagasan yang tidak sejalan dengannya. Pengabaian spencer pada aturan keilmuan membawanya ke serangkaian gagasan yang sarat kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar tentang evolusi dunia. Oleh karena itu para sosiolog pada abad ke-20 mulai mencampakkan karya spencer dan menggantikannya dengan ilmuwan yang lebih saksama dengan penelitian empiris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...