Simmel melihat bahwa salah satu tugas utama
sosiologi adalah memehami interaksi
antara individu. Akan tetapi, sejumlah
besar interaksi dalam kehidupan sosial mustahil akan dapat dikaji tanpa
peralatan konseptual tertentu. Simmel
merasa bahwa ia dapat memisahkan sejumlah terbatas bentuk-bentuk interaksi yang
dapat ditemukan dalam sejumlah besar
situasi sosial. Jadi dengan berbekal peralatan konseptual, dia dapat
menganalisis dan memahami situasi interaksi yang berbeda.Karyanya berpengaruh besar terhadap interaksionisme
simbolik yang memusatkan perhatian pada interaksi. Karya Simmel tentang “Philosophy of Money ” merupakan pusat
perhatiannya pada kemunculan uang dalam masyarakat modern yang terpisah dari
individu dan mendominasi individu.
Kajian ini selanjutnya menjadi bagian yang
lebih luas diantaranya karya Simmel tentang dominasi kultur sebagai suatu
keseluruhan terhadap individu. Menurut Simmel, kultur dalam masyarakat modern
dan seluruh komponennya yang beraneka ragam itu (termasuk ekonomi uang) akan
berkembang, dan begitu sudah berkembang maka arti penting (peran) individu
mulai menurun, misalnya, begitu teknologi industri berkembang maka ketrampilan
individual menjadi kurang penting.
Konsep sosiasi merupakan gagasan murni dari Simmel yang
dianggap penting dalam sosiologinya. Sosiasi merupakan pengelompokan sadar dari manusia. Sosiasi meliputi
interaksi timbal balik. Melalui proses ini individu saling berhubungan dan
saling mempengaruhi, yang akhirnya masyarakat itu sendiri muncul. Proses
sosiasi sangatlah bermacam -macam, mulai dari pertemuan sepintas lalu antara
orang-orang asing tempat-tempat umum sampai pada ikatan persahabatan yang lama
dan intim atau hubungan keluarga.
Menurut Simmel bahwa sosiasi sendiri terdapat isi dan
bentuk. Pertama, isi yang meliputi : insting erotik, kepentingan obyektif,
dorongan agama, tujuan membela dan menyerang, bermain, keuntungan, bantuan atau
intruksi, dan tidak terbilang lainnya
yang menyebabkan orang untuk hidup bersama dengan orang lainnya, untuk
bertindak terhadap mereka, bersama mereka, melawan mereka. Kedua, bentuk-bentuk
sosiasi, diantaranya : superordinasi (dominasi) dan subordinasi (ketaatan),
kompetensi, konflik, isolasi, pembagian kerja, pembentukan partai, perwakilan,
solidaritas ke dalam disertai dengan sifat menutup diri terhadap orang luar.
Bentuk-bentuk ini bisa dimanifestasikan dalam negara, komunitas agama,
komplotan, asosiasi ekonomi, sekolah kesenian, keluarga. Sedangkan bentuk lain
dari sosiasi adalah sosiabilitas. Sosiabilitas adalah bentuk interaksi yang
terpisah dari isinya dan bersifat sementara (seperti, silaturrahmi).
Selanjutnya perhatian Simmel yakni mengenai proses-proses
sosial yang lebih kompleks; contohnya diferensiasi sosial, perubahan dari basis
organisasi sosial, perubahan dari basis organisasi sosial yang bersifat lokal
ke yang fungsional, perubahan dari kriteria eksternal atau mekanik sebagai
dasar untuk suatu organisasi sosial ke kriteria yang lebih rasional, dan
memisahkan bentuk dari isi, dan munculnya bentuk sebagai sesuatu yang bersifat
otonom.
Superordinasi dan Subordinasi
Subordinasi sebagai suatu keadaan yang menekan,
menyangkal atau mengediakan kebebasan subordinat. Perilaku superordinat,
menurut Simmel bukan merupakan manifestasi dari karakteristik pribadi atau
kemauan individu; perilaku itu mencerminkan tenggelamnya sebagian kepribadian
pada pengaruh bentuk sosial. Simmel membedakan subordinasi dalam tiga jenis. Pertama,
subordinasi di bawah seorang individu. Dalam konteks ini subordinat dapat
dipersatukan dan dapat pula menjadi oposisi, sangat tergantung pada kondisi.
Kedua, subordinasi dibawah pluralitas individu. Kondisi ini memungkinkan
subordinat mendapat perlakuan yang obyektif, adil dari superordinat. Hal ini
pada masyarakat demoktratis. Ketiga, Subordinasi dibawah suatu prinsip ideal
(umum): peraturan hati nurani. Hubungan antara subordinat diatur oleh
prinsip-prinsip obyektif atau hukum-hukum dimana kedua belah pihak itu
diharapkan untuk taat. Contoh pemimpin agama atau moral.
Secara umum, menurut Simmel bahwa terganggunya hubungan
antara superordinat dan subordinat akan menyebabkan konflik. Konflik menurut
Simmel dapat mempersatukan kelompok minoritas untuk melawan kelompok yang
mayoritas dengan membentuk aliansi. Untuk mengakhiri konflik dapat melalui
kompromi atau perdamian. Beberapa bentuk
konflik dapat berupa konflik hukum, konflik kelompok, konflik antar pribadi,
dan lainnya.
Bentuk – bentuk Sosial
Perhatian Simmel yang berhubungan dengan bentuk-bentuk
sosial adalah analisanya mengenai pentingnya jumlah terhadap hubungan sosial
dan organisasi sosial. Proposisi yang mendasari analisa Simmel adalah bahwa
begitu jumlah orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk
interaksi mereka pun berubah dengan teratur dan dapat diramalkan.
Kreativitas Individu dan Budaya Mapan
Dalam The Conflict
in modern Culture, Simmel menjelaskan mengembangkan ide ini dengan
menganalisa sejumlah bentuk mengenai ketegangan antara bentuk-bentuk budaya
mapan dan dorongan Kreatif subyektif. Dalam seni, misalnya dalam seni, agama,
perkawinan. Dalam analisa tersebut Simmel menjelaskan bahwa perkembangan
kemampuan kreatif individu menurut untuk menginternalisasi produk budaya
obyektif dan logika serta dinamika inheren dalam bentuk-bentuk budaya obyektif.
Uang, Evolusi Sosial dan Gaya Hidup Masyarakat
Dengan kuantintasnya yang “menjadi alat tukar umum” uang
muncul sebagai sebuah “alat universal” yang ditujukan untuk semua pemakaian.
Uang membuka berbagai kemungkinan tindakan baru, dan memungkinkan masing-masing
orang merealisasikan tujuan akhir yang khas, yang disebut Simmel sebagai
rangkaian teologis. Hal ini memberi suatu kreativitas sekaligus ketidakpastian
yang lebih besar kepada masyarakat.
Penggunaan uang memunculkan kecenderungan psikologis yang
memiliki karakteristik seperti : ketamakan (jika hanya keinginan akan uang saja
yang dominan); kekikiran, kesukaan berfoya-foya
(jika kesenangan bukan terletak pada obyeknya melainkan dalam pemborosan
itu sendiri); kemiskinan atau kekurangan (jika berarti adanya usaha mencari
keselamatan jiwa dengan menolak uang). Sekalipun demikian kedua kecenderungan
yang paling terkait dengan konteks mentropolitan modern ini merupakan
kecenderungan kasar yang secara sukarela menempatkan nilai pada niatnya dan
apatis ( yang tidak lagi sadar akan perbedaan nilai ); uang yang menjadikan segala benda bisa
diperbandingkan akan memperkuat efek pemerataan nilai. Terakhir, uang ikut
berpartisipasi dalam pembentukan gaya hidup masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar