Nama
lengkap Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin Khaldun. Ibnu
Khaldun di lahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H, atau tepatnya
pada 27 Mei 1333. Rumah tempat kelahirannya masih utuh hingga sekarang yang
terletak di jalan Turbah Bay. Dalam beberapa tahun terakhir ini rumah tersebut
menjadi pusat sekolah Idarah ‘Ulya, yang pada pintu masuknya terpampang sebuah
batu marmer berukirkan nama dan tanggal kelahiran Ibnu Khaldun.
Bani
Khalduniyah di Andalusia memainkan peran yang cukup menonjol, baik dalam bidang
ilmu pengetahuan maupun politik. Setelah menetap di Carmona, kemudian mereka
pindah ke Sevilla, dikarenakan situasi politik di Andalusia yang mengalami
kekacauan, baik karena
perpecahan di kalangan Muslim maupun karena serangan pihak Kristen di Utara, maka Banu Khaldun pindah lagi ke Afiika Utara. Al- Hasan Ibn Jabir adalah nenek moyang Ibnu Khaldun yang mula-mula datang ke Afiika Utara, di mana Ceuta merupakan kota pertama kali yang mereka pijak, sebelum pindah ke Tunis pada tahun 1223. (Toto Suharto, 2003:33)
Di
Tunis, di tempat barunya, Banu Khaldun tetap memainkan peran penting. Muhammad
Ibn Muhammad, kakek Ibnu Khaldun, adalah seorang ‘hajib’, kepala rumah tangga
istana dinasti Hafsh. la sangat dikagumi dan disegani di kalangan istana,
berkali-kali Amir Abu Yahya al-Lihyani (711 H), pemimpin dinasti al-Muwahhidun
yang telah menguasai bani Hafz di Tunis, menawarkan kedudukan yang lebih tinggi
kepada Muhammad Ibn Muhammad, tetapi tawaran itu ditolaknya, pada akhir
hayatnya, kakek Ibnu suka menekuni ilmu-ilmu keagamaan hingga wafatnya pada
1337 M.
Dari
latar belakang keluarganya yang banyak bergerak dalam bidang politik dan
pengetahuan seperti inilah Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal
Ramadhan 732 H. Menurut perhitungan para sejarawan, hal ini bertepatan dengan
27 Mei 1333 M. Kondisi keluarga seperti itu kiranya telah berperan dominan
dalam membentuk kehidupan Ibnu Khaldun. Dunia politik dan ilmu pengetahuan
telah begitu menyatu dalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lag! kecerdasan otaknya
juga berperan bagi pengembangan karirnya. (Toto Suharto, 2003:34)
Secara
detail perjalanan hidup Ibnu Khaldun akan dipaparkan dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase
pertama; Masa Pendidikan
Fase
pertama ini dilalui Ibnu Khaldun di Tunis dalam jangka waktu 18 tahun, yaitu
antara tahun 1332-1350 M. Seperti halnya tradisi kaum Muslim pada waktu itu,
ayahnya adalah guru pertamanya yang telah mendidiknya secara tradisional,
mengajarkan dasar-dasar agama Islam. Di samping ayahnya, Ibnu Khaldun juga
mempelajari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dari para gurunya di Tunis.
Tunis pada waktu itu merupakan pusat para ulama dan sastrawan, tempat
berkumpulnya para ulama Andalusia yang lari menuju Tunis akibat berbagai
peristiwa politik.
Seperti
halnya Toto Suharto, menukilkan dari Fathiyah Hasan Slaiman bahwa disebutkan
beberapa gurunya yang berjasa dalam perkembangan intelektualnya. Di antaranya
adalah Abu Abdillah Muhrnas Ibn Sa’ad al-Anshari dan Abu al-Abbas Ahmad ibn
Muhammad al-Bathani dalam qira’at; Abu Abdillah Ibn al-Qashar dalam ilmu
gramatika Arab; Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Bahr dan Abu Abdillah Ibn Jabir
al-Wadiyasyi dalam sastra; Abu Abdillah al-Jayyani dan Abu Abdillah ibn Abd
al-Salam dalam ilmu fiqh; dan masih banyak lagi gurunya. Walaupun dia mempunyai
banyak guru dan mempelajari berbagai disiplin ilmu, pendidikan yang diperoleh
Ibnu Khaldun sangatlah mendalam dan terkesan dalam dirinya.
Dilihat
dengan banyaknya disiplin ilmu yang dipelajari oleh Ibnu Khaldun pada masa
mudanya, dapat diketahui bahwa beliau memiliki kecerdasan otak yang luar biasa.
Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun adalah orang yang memiliki ambisi
tinggi, yang tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja. Pengetahuan begitu luas
dan bervariasi. Hal ini merupakan kelebihan yang sekaligus juga merupakan
kekurangannya.
2. Fase
kedua; Aktifitas Politik Praktis
Fase
kedua dilalui Ibnu Khaldun dalam berbagai tempat seperti di Fez, Granada,
Baugie, Biskara dan lain-lain, dalam jangka waktu 32 tahun antara 1350-1382 M.
Karir pertama Ibnu Khaldun dalam bidang pemerintahan adalah sebagai Sahib
al-Alamah (penyimpan tanda tangan), pada pemerintahan Abu Muhammad Ibn
Tafrakhtn di Tunis dalam usia 20 tahun. (Mukti Ali, 1970:17)
Awal
karir ini hanya dijalani Ibnu Khaldun selama kurang lebih 2 tahun, kemudian ia
berkelana menuju Biskara karena pada tahun 1352 M Tunis diserang dan dikuasai
oleh Amir Abu Za’id, penguasa Konstantin sekaligus cucu Sultan Abu Yahya
al-Hafsh. Pada waktu Abu Inan menjadi raja Maroko, Ibnu Khaldun mencoba
mendekatinya demi mempromosikan dirinya ke posisi yang lebih tinggi. Sultan Abu
Inan bahkan beliau mengangkatnya sebagai sekretaris kesultanan di Fez, Maroko.
Di kota inilah Ibnu Khaldun memulai karirnya dalam dunia politik praktis, yaitu
pada tahun 1354 M.
Selama
8 tahun tinggal di Fez, banyak perilakuperilaku politik yang dia lakukan.
Sehingga belum lama menjabat sebagai sekretaris kesultanan, ia dicurigai oleh
Abu ‘Inan sebagai pengkhianat bersama pangeran Abu ‘Abdillah Muhammad dari bani
Hafsh yang berusaha melakukan satu komplotan politik. Iklim politik yang penuh
intrik menyebabkan Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika Utara dan demi karirnya
sebagai politikus dan pengamat, akhirnya ia memantapkan pergi ke Spanyol dan
sampai di Granada pada tanggal 26 Desember 1362 M.
Ibnu
Khaldun diterima baik oleh raja Granada, Abu Abdillah Muhammad ibn Yusuf.
Setahun setelah itu Ibnu Khaldun diangkat menjadi duta ke istana raja Pedro El
Cruel, raja Kristen Castilla di Sevilla, sebagai seorang diplomat yang
ditugaskan untuk mengadakan perjanjian perdamaian antara Granada dan Sevilla.
Karena keberhasilannya, raja V memberi Ibnu Khaldun tempat dan kedudukan yang
semakin penting di Granada. Hal ini menimbulkan kecemburuan di lingkungan
kerajaan, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Afrika Utara.
Setelah
malang-melintang dalam kehidupan politik praktis, naluri kesarjanaannya
memaksanya memasuki tahapan baru dari kehidupannya yaitu ber-khalwat. Dalam
masa khalwat dari tahun 1374-1378 itu, beliau menyelesaikan karya al-Muqaddimah
yang populer dengan sebutan Muqadimah Ibnu Khaldun, sebuah karya yang
seluruhnya berdasarkan penelitian yang baik. Pada tahun 178 M, selanjutnya
beliau meninggalkan Qal’at menuju Tunis. Di Tunis beliau mendapatkan tugas
menuju Makkah 24 Oktober 1382 untuk ibadah haji dan singgah di Kairo. Sampai di
sini, berakhirlah petualangan Ibnu Khaldun dalam intrik-intrik politik yang
kadang membuatnya menjadi seorang oportunis.
3. Fase
ketiga: Aktivitas Akademis dan Kehakiman
Masa mi
merupakan fase terakhir dari tahapan perjalanan Ibnu Khaldun, fase ini
dihabiskan di Mesir kurang lebih 20 tahun antara 1382-1406 M. Tiba di Kairo,
Mesir pada 06 Januari 1983. Pada masa ini dinasti Mamluk sedang berkuasa.
Kemajuan peradaban dan stabilitas politik saat itu menjadikan Ibnu Khaldun
lebih tertarik dan karyanya al-Muqaddimah merupakan magnum opus atau kedatangan
karyanya lebih dahulu daripada pengarangnya sehingga kedatangannya disambut
gembira dikalarigan akademisi, disinilah tugas barunya sebagai seorang pengajar
dilakukan Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun memberi kuliah di lembaga-lembaga
pendidikan Mesir, seperti Universitas al-Azhar, Sekolah Tinggi Hukum Qamhiyah,
Sekolah Tinggi Zhahiriyyah dan sekolah tinggi Sharghat Musyiyyah.
Mata
kuliah yang disampaikan adalah fiqih, hadis dan beberapa teori tentang sejarah
sosiologi yang telah ditulisnya dalam Muqadimah. Selain berjuang dalam dunia
akademik, Ibnu Khaldun juga melakukan kegiatan yang berkaitan dengan dunia
hukum. ( Munawir Syadzali, 1993:97)
Pada
tanggal 8 Agustus 1384 M, Ibnu Khaldun diangkat oleh Sultan Mesir, al-Zhahir
Barqa, sebagai hakim Agung Madzab Maliki pada mahkamah Mesir, jabatan yang
diemban dengan penuh antusias ini dimanfaatkan oleh Ibnu Khaldun untuk
melakukan reformasi hukum. la berupaya membasmi tindak korupsi dan hal-hal yang
tidak beres lainnya di Mahkamah tersebut. Akan tetapi, reformasi ini ternyata
membuat orang-orang yang merasa dirugikan menjadi marah dan dengki. Mereka
kemudian berusaha memfitnah Ibnu Khaldun dengan berbagai tuduhan, sehingga ia
dicopot dari jabatan ini setelah satu tahun memangkunya. Fitnah yang
dialamatkan kepada Ibnu Khaldun sebenarnya tidak dapat dibuktikan, tetapi ia
tetap bersikeras untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut Pada tahun 1387
M Ibnu Khaldun melaksanakan ibadah haji kemudian dia diangkat lagi sebagai
hakim agung Mahkamah Mesir oleh Sultan Mesir Nashir Faraj, putera Sultan
Burquq.
Pada
masa ini, Ibnu Khaldun sempat berkunjung ke Damaskus dan Palestina dalam rangka
mempertahankan Mesir dari serangan Mongol. Dan pertemuan selama 35 hari di
Damaskus, Syria merupakan peristiwa penting terakhir bagi Ibnu Khaldun dalam
perjalanan hidupnya yang penuh ketegangan, penderitaan di balik kesuksesanya.
Setelah itu ia melanjutkan profesinyasebagai hakim Agung Madzab Maliki hingga
wafatnya pad tanggal 16 Maret 1406 M (26 Ramadhan 808 H) dalam usia 74 tahun di
Mesir, jenazahnya dimakamkan di pemakaman para sufi di luar Bab al-Nashir,
Kairo.
(
Munawir Syadzali, 1993:95)
E Book The Muqaddimah karya besar Ibnu Khaldun dapat anda pesan di sini :
Klik cover illustrasi untuk melihat daftar isi :
E Book The Muqaddimah karya besar Ibnu Khaldun dapat anda pesan di sini :
Klik cover illustrasi untuk melihat daftar isi :
______________
Sumber : http://ruruls4y.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar