Seperti yang sudah anda ketahui
selama ini, semua ilmu pengetahuan pernah menjadi bagian dari filsafat yang
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Pada waktu itu, filsafat juga
mencakup segala usaha pemikiran yang berhubungan dengan masyarakat. Seiring
dengan perkembangan zaman dan meningkatnya peradaban manusia, maka ilmu-ilmu
pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat mulai memisahkan diri dan
berdiri sendiri serta berkembang sesuai dengan pokok kajiannya masing-masing.
Ilmu pengetahuan yang pertama kali
memisahkan diri dari filsafat adalah astronomi, yaitu ilmu tentang
perbinatangan dan fisika atau ilmu tentang alam. Setelah kedua ilmu tersebut,
kemudian disusul oleh kimia, biologi dan geologi. Sementara psikologi dan
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan baru yang muncull pada abad ke-19. Dengan
begitu, munculah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Perkembangan sosiologi di
Negara-negara Barat
Jika kita menengok sejarah
masyarakat Eropa di abad pertengahan, maka pada abad itulah terjadi berbagai
perubahan besar dalam sistem dan struktur masyarakat sebagai akibat dari
revolusi industri. Akan tetapi, sebenarnya perubahan-perubahan sosial skala
besar itu tidak hanya terjadi di abad pertengahan, tetapi juga terjadi jauh
sebelumnya. Misalnya ketika di abad ke-4 SM ketika Alexander menaklukkan Negara-negara Yunani, yang akhirnya mengubah
sistem Negara kota menjadi Negara kekaisaran. Tokoh-tokoh pemikir yang dapat
kita catat pada masa ini misalnya Plato,
Aristoteles, Herodotus, Tucydides, Polybios, dan Cicelo. Tokoh-tokoh diabad Helenistik inilah yang kemidian
mengedepankan “Alam pikiran Yunani”.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini
akan diuraikan secara singkat mengenai tahap-tahap perkembangan teori
sosiologi.
Ilmu tentang masyarakat disebut
sebagai sosiologi baru dikenal pada masa Auguste
Comte sehingga patokan tentang sosiologi adalah masa Auguste Comte. Namun
demikian, sesungguhnya pembahasan tentang masyarakat sudah banyak dikaji oleh
para cendekiawan sebelum Comte. Sehingga pembagian tahap-tahap perkembangan sosiologi
dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut
Masa sebelum
Auguste Comte
Sebelum Auguste Comte memberi nama
sosiologi pada ilmu kemasyarakatan ada banyak tokoh yang sudah
memperbincangkannya. Tokoh-tokoh pemikir (filsuf) tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
Socrates lahir tahun 470 SM dan
meninggal tahun 399 SM. Ia anak dari seorang pematung yang kemudian keahlian
itu juga diwarisinya. Ajaran Socrates yang penting yaitu mengenai ditekankannya
logika sebagai dasar bagi semua ilmu
pengetahuan termasuk filsafat.
Bagi Socrates, kecerdasan merupakan
dasar dari semua tabiat yang baik. Dengan kecerdasan dan pengetahuan menjadikan
orang bijaksana. Kebijakan adalah sesuatu yang dapat dicapai dengan kecerdasan
manusia. Socrates menganjurkan agar kita “membangun masyarakat” tersebut
berlandaskan ilmu pengetahuan ilmiah.
Plato adalah murid Socrates, yang
lahir tahun 429 SM dan meninggal tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga
bangsawan. Setelah Socrates meninggal, plato mengembara ke berbagai negeri
seperti Mesir, Asia Minor, Sisilia, dan Italia.pada tahun 387 SM ia kembali ke
Athena dan mendirikan sekolah yang diberi nama academia. Karena banyak menarik pemuda-pemuda Yunani, Academia itu
dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa. Karya Plato yang terkenal
berjudul The republic (Negara) dan The Law (Hukum). Dalam tulisannya The
Republic, Plato menyuguhkan kepada kita karya yang pertama dan terbesar yang
bersifat sosiologis.
Ajaran Plato tentang masyarakat menerangkan
bahwa pada dasarnya masyarakat itu merupakan bentuk perluasan dari individu.
Dengan kata lain, individu itu parallel dengan masyarakat (Pemikiran demikian
dikenal sebagai pemikiran dari mazhab atau aliran “organis” atau “biologis”.
Plato bertindak sebagai pelopornya). Karena individu menurut Plato memiliki
sifat. Tiga sifat atau elemen itu adalah nafsu atau perasaan-perasaan, semangat
atau kehendak, dan kecerdasan atau akal.
Berdasarkan katiga elemen tersebut,
Plato membedakan adanya tiga lapisan atau kelas social masyarakat sebagai
berikut.
Bagi
yang mengabdikan hidupnya untuk memenuhi nafsu dan perasaannya seperti halnya
memelihara tubuh manusia, maka dengan demikian juga akan memelihara nafsu dan
perasaan masyarakat. Mereka itulah “kelas pekerja tangan” seperti buruh dan
budak.
Karena
semangat atau kehendak berfungsi melindungi tubuh manusia, yang berarti harus
pula melindungi masyarakat, maka yang bisa melaksanakan hal itu adalah
militer.karena mereka mengembangkan akal dan kecerdasan untuk membimbing tubuh
manusia, maka mereka juga bertugas mengembangkan akal guna memerintah dan
memimpin masyarakat. Mereka ini masuk dalam kelas penguasa.
Lebih jauh Plato juga menunjukkan
bahwa kehidupan yang baik tergantung pada dapat tidaknya pikiran dan kehendak
manusia itu berkembang. Sedangkan pikiran dan kehendak manusia hanya dapat
berkembang jika dalam masyarakat itu terdapat “keadilan”. Akan tetapi,
bagaimana keadilan dapat tercapai? Menurut Plato, keadilan itu dapat dicapai
melalui tata tertib social. Jadi, kehidupan yang baik adalah tujuan dari
keadilan dan keadilan adalah tujuan dari organisasi social (yang bisa
menciptakan tertib social).
Aristoteles lahir tahun 384 SM di
Macedonia dan meninggal tahun 322 SM. Ibunya merupakan ahli kesehatan Raja
Amyntas II (kakek Alexander Agung). Aristoteles adalah murid Plato. Pada
akhirnya, Aristoteles menjadi guru Alexander Agung, raja Macedonia itu. Berkat
bantuan Alexander Agung itu pula, Aristoteles mendirikan perpustakaan dan museum
yang pertama kali di yunani. Karyanya yang terkenal adalah the Politics dan The
Nicomachean Ethics. Dalam menganalisis keadaan masyarakat, Aristoteles
menggunakan “metode induktif”, yaitu menarik kesimpulan umum dari fakta-fakta
yang bersifat khusus.
Ajaran Aristoteles tentang
masyarakat terdapat dalam bukunya The Politics.
Dikatakannya bahwa kelompok manusia yang dasar
dan esensial adalah :
a) Pengelompokan
(asosiasi) antara pria dan wanita untuk memperoleh keturunan, dan
b) Asosiasi
antara penguasa dengan yang dikuasai.
Kedua bentuk asosiasi ini bersifat
alamiah, tidak disengaja. Keduanya akan terlihat dalam hubungan anyara suami
istri, orang tua-anak, serta antara tuan dan budak atau pembantu didalam
keluarga.
Kenapa manusia secara ilmiah
membentuk kelompok (asosiasi)? Menurut Aristoteles hal tersebut disebabkan
karena manusia pada dasarnya adalah makhluk social. Karena makhluk social, maka
manusia sekaligus adalah makhluk yang bermasyarakat. Berdasarkan pengertian
ini, Aristoteles menyatakan bahwa manusia berasosiasi membentuk keluarga,
kemudian keluarga berasosiasi membentuk dusun atau kampong, dan dusun
berasosiasi membentuk Negara. Negara tumbuh secara alamiah seperti halnya
keluarga dan dusun.
Masyarakat Negara yang baik
menurutnya dikelola oleh pemerintah yang ada pembagian fungsi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Dengan demikian, dimaksudkan agar terdapat pengawasan
satu dengan yang lain. Orang atau kelompok macam apa yang dinilai Aristoteles
pantas memegang pemerintahan Negara? Aristoteles memberi tiga macam bentuk
pemerintahjan dilihat dari segi jumlah pemegang kekuasaan itu.
1) Pemerintahan
oleh seseorang. Jika seseorang penguasa itu baik, maka ia disebut
monarki, dan
jika ia memerintah dengan buruk, maka disebut tirani.
2) Pemerintahan
oleh sejumlah kecil orang disebut aristokrasi jika baik, dan jika buruk
akan
disebut oligarki.
3) Pemerintahan
oleh orang banyak, untuk yang baik atau yang buruk akan disebut
demokrasi.
Masih ada banyak tokoh lain yang
mengemukakan tentang ilmu kemasyarakatan sebelum Comte yang tidak dapat
diuraikan disini satu per satu diantaranya adalah Ibnu Khaldun, seorang ahli filsafat dari Arab, Thomas More dan N.
Machiavelli yang turut mewarnai ilmu kemasyarakatan pada zaman Renaissance, Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau yang ajarannya bersifat
rasionalistis, dan lain-lain.
Pemikiran sosiologi atau pemikiran
mengenai manusia dan masyarakat sudah dirintis oleh generasi Socrates, Plato,
dan Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM. Pada saat itu Yunani mengalami
perubahan-perubahan social yang menyangkut struktur maupun sistem kehidupan
yang ada.
Pergolakan social yang kemudian
muncul di abad pertengahan, lama setelah Eropa tenggelam dalam abad kegelapan.
Kalau di Yunani ditandai dengan munculnya filsuf-filsuf seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, maka pergolakan di Eropa
ditandai dengan munculnya cerdik-cerdika seperti J.J. Rousseau, Montesqulieu, dan John Locke termasuk kemudian Auguste
Comte.
Auguste Comte melihat bahwasannya
perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat saat itu tidak saja bersifat
positif, namun juga memberikan adanya dampak negative. Salah satu contohnya
adalah terjadinya konflik antar kelas social dalam masyarakat dikarenakan
hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat untuk bertindak (yang dalam
bahasa sosiologi disebut dengan Anomie).
Menurut analisis Comte, konflik tersebut terjadi karena masyarakat tidak
mengetahui cara mengatasi perubahan akibat revolusi yang berlangsung dan
hukum-hukum apa yang bisa dipakai untuk mengatur tatanan social masyarakat yang
baru.
Atas dasar fenomena tersebut, Comte
menyaarankan agar penelitian mengenai masyarakat lebih ditingkatkan dan menjadi
ilmu yang berdisi sendiri. Comte mengimaninasikan adanya suatu hukum yang dapat
mengatur gejala-gejala social. Namun ia belum berhasil mengembangkan
hukum-hukum social tersebut menjadi sebuah ilmu. Walaupun demikian Comte telah
berhasil memberi istilah untuk ilmu yang hendak lahir tersebut dengan nama
sosiologi. Sosiologi berkembang menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri
setelah Emile Durkheim mengembangkan suatu metodologi sosiologi yang ia
kemukakan melalui bukunya yang berjudul The
Rules of Socialogical Method.
Meskipun demikian, Auguste Comte
tetap disebut sebagai bapak Sosiologi untuk menghormati jasanya terhadap
lahirnya sosiologi. Walaupun Comte yang memunculkan istilah sosiologi, namun
istilah tersebut dipopulerkan oleh Herbert Spencer dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology. Didalam buku
tersebut, spencer mengembangkan system penelitian mengenai masyarakat dimana ia
menerapkan teori evolusi organic pada masyarakat secara luas.
Menurut Comte, suatu organ akan
lebih sempurna apabila organ tersebut bertambah kompleks dengan adanya proses
pembedaan (diferensiasi) disetiap bagiannya. Senada dengan hal tersebut,
Spencer memandang masyarakat sebagai suatu system yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling bergantung seperti halnya pada organism hidup. Pada
dasarnya, evolusi dn perkembangan social akan mempunyai makna apabila ada
peningkatan diferensiasi dan intergrasi, peningkatan pembagian kerja, serta
suatu transisi dari homogeny ke heterogen dari kondisi yang sederhana ke
kondisi yang kompleks.
Sejak Auguste Comte,metode positif
(yaitu menggunakan pendekatan ilmu alam) dipakai sebagai panutan para ahli
sosiologi kemudian. Dalam pengertian tradisional, metode positif yang digunakan
oleh Comte selalu disebut sebagai “pendekatan ilmu alam”. Bahkan menurut Comte
, sosiologi memang merupakan ilmu “fisika social”. Latar belakang Comte
menggunakan pendekatan ilmu alam dan menyebut sosiologi sebagai fisika social
adalah dalam rangka menciptakan sosiologi sebagai ilmu yang mandiri dan lepas
dari camput baur filsfat (social) dan psikologi (social) pada zamannya.
Masa Setelah Auguste Comte
Masa Setelah Auguste Comte
Perkembangan sosiologi dari abad XIX
ke abad XX sangat pesat. Pada kurun waktu ini, perkembangan ditandai oleh
munculnya berbagai aliran berfikir (school of thought) yang sangat bervariasi. Aliran
–aliran itu diantarana sebagai berikut.
Ekologisme, tokohnya Amos H. Hawley, O. Dudley Duncan, dan Leo G. Schnore
Denografisme, tokohnya N.B. Ryder
Psikologisme, dan materialisme, tokohnya George C. Hamans
Teknologisme, tokohnya William Gielding Ogburn
Strukturalisme fungsional, tokohnya Robert K. Merton, Talcott Parsons
Strukturalisme pertukaran. Tokohnya Peter M Blau.
Strukturalisme konfliks, tokohnya Ralf Dahrendorf, Piere L. Vb den Bergher
Interaksionisme simbolik, tokohnya George Hebert Mead
Antomisme sosial, tokohnya John Finley Scott
Ekologisme, tokohnya Amos H. Hawley, O. Dudley Duncan, dan Leo G. Schnore
Denografisme, tokohnya N.B. Ryder
Psikologisme, dan materialisme, tokohnya George C. Hamans
Teknologisme, tokohnya William Gielding Ogburn
Strukturalisme fungsional, tokohnya Robert K. Merton, Talcott Parsons
Strukturalisme pertukaran. Tokohnya Peter M Blau.
Strukturalisme konfliks, tokohnya Ralf Dahrendorf, Piere L. Vb den Bergher
Interaksionisme simbolik, tokohnya George Hebert Mead
Antomisme sosial, tokohnya John Finley Scott
Selain yang tersebut diatas, masih banyak lagi tokoh-tokoh yang tidak tersebutkan, dan mereka juga memiliki ciri khas atau warna (kalau tidak boleh disebut aliran) yang spesifik dalam mendekati dan menganalisis manusia dan masyarakat.
gan itu resensinya dari buku apa
BalasHapus